Emerikus Sarkol, atau lebih akrab dikenal sebagai Erick Sarkol, seorang kurator Museum Asmat yang telah mengabdikan dirinya selama 50 tahun dalam menjaga dan mempromosikan warisan budaya Asmat.
Dalam wawancara yang dilakukan di Merauke, Sabtu (15/7), Erick menceritakan perjalanan hidupnya yang luar biasa dan kontribusinya yang berharga dalam memelihara kekayaan budaya Asmat.
Erick Sarkol, seorang tokoh penting dalam melestarikan budaya Asmat sejak memulai perjalanan kariernya di Museum Asmat.
Dalam setengah abad mengelola museum ini, dia telah melihat perubahan yang luar biasa dalam cara masyarakat Asmat mempertahankan dan mempromosikan budaya mereka.
"Ketika saya pertama kali bergabung dengan Museum Asmat, misi kami sangat jelas: melestarikan, melindungi, dan mempromosikan kekayaan budaya Asmat," ungkap Erick dengan antusias.
Museum Keuskupan Agats, yang berlokasi di Kabupaten Asmat, telah menjadi pusat penelitian, preservasi, dan pameran seni budaya Asmat.
Erick dan timnya berjuang keras untuk mengumpulkan dan mempertahankan koleksi seni ukir Asmat yang unik dan berharga, serta benda-benda budaya lainnya.
Museum ini telah menjadi saksi bisu dari kekayaan budaya Asmat dan memainkan peran penting dalam menjaga identitas budaya mereka tetap hidup.
"Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari upaya ini selama 50 tahun." Ujarnya.
Selama wawancara, Erick berbagi cerita tentang Festival Asmat Pokman yang telah tumbuh pesat sejak awal penyelenggaraannya.
"Festival Asmat Pokman adalah acara yang saya nantikan setiap tahun. Ini adalah momen di mana masyarakat Asmat berkumpul untuk merayakan budaya mereka dan memamerkan kekayaan seni ukir mereka," tutur Erick dengan penuh semangat.
Dalam perayaan 50 tahun Museum Asmat, Festival tahun ini akan menjadi yang paling gemilang dalam sejarahnya. Erick mengungkapkan bahwa mereka telah mengundang seniman, pengukir, dan budayawan ternama dari berbagai daerah di Papua dan Indonesia.
Selain itu, beberapa tamu internasional yang tertarik dengan kekayaan budaya Asmat juga diharapkan hadir.
"Festival tahun ini akan menjadi pesta budaya yang luar biasa. Kami ingin memamerkan kepada dunia bagaimana seni ukir Asmat telah berkembang selama ini," kata Erick dengan bangga.
Ini juga merupakan kesempatan bagi masyarakat Asmat untuk memperoleh pengakuan dan apresiasi atas usaha mereka dalam melestarikan budaya.
Namun, Erick tidak lupa untuk mengakui tantangan yang dihadapi dalam mempersiapkan festival ini. Masalah keuangan yang dihadapi oleh panitia festival pada tahun sebelumnya telah menjadi penghalang.
Erick mengungkapkan bahwa mereka telah mengajukan permohonan bantuan ke Pemerintah Provinsi Papua Selatan untuk mendukung festival tahun ini. Dukungan pemerintah sangat penting dalam menjaga kelancaran dan kesuksesan acara ini.
"Kami sangat berterima kasih jika ada dukungan yang diberikan dari pemerintah daerah dan provinsi. Tanpa bantuan mereka, penyelenggaraan festival ini akan sulit dilakukan," ucap Erick dengan penuh harap.
Erick Sarkol juga tidak lupa untuk berterima kasih kepada Presiden yang telah meresmikan Bandar Udara Ewer, yang memberikan dampak positif bagi perkembangan pariwisata di Kabupaten Asmat.
"Kedatangan Presiden telah membuka pintu baru bagi wisatawan untuk mengunjungi Kabupaten Asmat dan menikmati keindahan alam serta budaya suku Asmat," tambahnya.
Menutup wawancara ini, Erick menyampaikan harapannya bahwa Festival Asmat dan upaya memasukkan warisan budaya Asmat ke dalam daftar UNESCO akan terus memperkuat kehidupan budaya Asmat.
"Kami berharap generasi mendatang akan terus merawat dan melindungi tradisi Asmat dengan bangga. Budaya Asmat adalah harta tak ternilai yang harus dijaga bersama-sama," pungkas Erick Sarkol dengan semangat.
Dengan perayaan Festival Asmat yang gemilang, masyarakat Asmat dan dunia internasional akan menjadi saksi kesungguhan masyarakat Asmat dalam mempertahankan dan mempromosikan budaya mereka.
Semoga festival ini akan memperoleh dukungan yang luas dan memberikan dampak positif bagi perkembangan budaya Asmat di masa depan.(Ron)*